Main Article Content

Abstract

The establishment of Samarinda on January 21st, 1668 which was set out by the Regional Government of the Municipality of Samarinda in Regional Regulation Number 1 of 1988, has been a controversy. The historical milestone of the establishment was based on the arrival event of a group from Sulawesi Island to Samarinda. Selection of this event disregards the traditional historiography record of an ancient Kutai local community which where exist long before the Bugis settlement in Samarinda Seberang. This study aims to analyse the historical validity of the arrival of La Mohang Daeng Mangkona's entourage in Samarinda Seberang which is claimed to be the basis for Samarinda City's establishment. Conducted with historical research methods, the result of this study found that the story of La Mohang Daeng Mangkona as the leader of the Bugis Wajo migrants to Samarinda is not based on valid historical sources. Following the result of this research, the researcher recommends to the Government of Samarinda City to revise and reconstruct the history of Samarinda City’s establishment based on the historiography method.

Keywords

Samarinda, City Anniversary, Daeng Mangkona, Bugis Wajo, Kutai

Article Details

How to Cite
Sarip, M., & Nandini, N. (2022). Kontroversi Sejarah La Mohang Daeng Mangkona dan Hari Jadi Kota Samarinda: Sebuah Tinjauan Kritis. Yupa: Historical Studies Journal, 5(2), 61-77. https://doi.org/10.30872/yupa.v5i2.569

References

  1. Abdullah, Taufik & A.B. Lapian (Ed.) (2012). Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid 3: Kedatangan dan Peradaban Islam. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.
  2. Ahyat, Ita Syamtasiyah. (2013). Kesultanan Kutai 1825–1910: Perubahan Politik dan Ekonomi Akibat Penetrasi Kekuasaan Belanda. Tangerang Selatan: Serat Alam Media, 2013.
  3. Ahyat, Ita Syamtasiyah. (2015). “Perdagangan di Pelabuhan Samarinda pada Abad Ke-19”. Makalah Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
  4. Amin, M. Asli, dkk. (1975). Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai. Tenggarong: Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Kalimantan Timur.
  5. Amran, Frieda. (2016). “Salasila Bugis di Kutai”. Makalah dalam Seminar dan Dialog Internasional Kemelayuan Indonesia Timur (Selogika IV) di Universitas Hasanuddin, Makassar, 6 Oktober 2016.
  6. Ars, Moh. Nur dkk. (1986). Sejarah Kota Samarinda. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.
  7. Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan. (2019). “Bahasa Melayu Provinsi Kalimantan Timur”. https://petabahasa.kemdikbud.go.id/infobahasa2.php?idb=123&idp=Kalimantan %20Timur. Diakses 20 November 2021.
  8. Basundoro, Purnawan. (2012). Pengantar Sejarah Kota. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
  9. Dachlan, Oemar. (2000). Kalimantan Timur dengan Aneka Ragam Permasalahan dan Berbagai Peristiwa Bersejarah yang Mewarnainya. Jakarta: Yayasan Bina Ruhui Rahayu.
  10. Dewan Redaksi Penerbitan Kutai Masa Lampau, Kini, dan Esok. (1979). Kutai Perbendaharaan Kebudayaan Kalimantan Timur. Jakarta: Balai Pustaka.
  11. Hasrul. (2016). “Salasila Boegis, Naskah Penyebaran Orang Bugis di Kutai”. https://makassar.tribunnews.com/2016/10/06/salasila-boegis-naskah-penyebaran-orang-bugis-di-kutai. Diakes 20 November 2018.
  12. Kern, W. (1956). Commentaar op de Salasilah van Koetai. ‘s-Gravenhage: Martinus Nijhoff.
  13. Knappert, S.C. (1905). “Beschrijving Van De Onderafdeeling Koetei.” Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde, Volume 58, Issue 1. 575–654.
  14. Koentjaraningrat. (1985). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.
  15. Mees, Constantinus Alting. (1935). De Kroniek van Koetai Tekstuitgave Met Toelichting. Santpoort: N.V. Uitgeverij.
  16. Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto (Ed.). (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV Kemunculan Penjajahan di Indonesia (±1700–1900), Edisi Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka.
  17. Ras, Johannes Jacobus. (1990). Hikayat Banjar. Diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
  18. Ricklefs, M.C. (2016). Sejarah Indonesia Modern, cetakan ke-11 (dicetak pertama kali tahun 1991). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  19. Sarip, Muhammad. (2017). Samarinda Tempo Doeloe: Sejarah Lokal 1200–1999. Samarinda: RV Pustaka Horizon.
  20. Sarip, Muhammad. (2018). Dari Jaitan Layar sampai Tepian Pandan Sejarah Tujuh Abad Kerajaan Kutai Kertanegara. Samarinda: RV Pustaka Horizon.
  21. Sarip, Muhammad. (2020). “Kajian Etimologis Kerajaan (Kutai) Martapura di Muara Kaman, Kalimantan Timur”. Yupa: Historical Studies Journal, 4(2), 50–61. https://doi.org/10.30872/yupa.v4i2.264.
  22. Soekanto, Soerjono. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru Keempat, cetakan ke-34, 2002. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
  23. Thahir, Khatib Muhammad. (1849). Surat Salasilah Raja dalam Negeri Kutai Kertanegara. (Aksara Arab Melayu). http://resolver.staatsbibliothek-berlin.de/SBB00019D9A0000 0000. Diakses 30 Juli 2019.
  24. Tim Penyusun. (1970). Buku Petundjuk Kotamadya Samarinda. Samarinda: Pemerintah Kotamadya Samarinda.
  25. Tim Penyusun. (1986). Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Kalimantan Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah.
  26. Tim Penyusun. (1992). Sejarah Pemerintahan di Kalimantan Timur dari Masa ke Masa. Samarinda: Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Kalimantan Timur.
  27. Tromp, S.W. (1887). "Eenige Mededeelingen Omtrent de Boeginezen van Koetai". Bijdragen toot de Taal, Land en Volkenkunde, vol. 36, issue 1.
  28. Vaturusi, Umar dan Hasan, Herman A. (2007). Pengabdiannya Menuai Penghargaan Mutiara-Mutiara Samarinda Edisi Ketiga. Samarinda: Pemerintah Kota Samarinda.
  29. Wirakusumah, Sambas dkk. (1978). Sejarah Daerah Kalimantan Timur. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah 1976/1977.

DB Error: Unknown column 'Array' in 'where clause'