Urgensi Beginning Stage dalam Konseling Kelompok sebagai Prevensi Problematika Multibudaya
Keywords:
Beginning Stage, Konseling Kelompok, Problematika BudayaAbstract
Menghadapi era revolusi industri 4.0 merupakan suatu tantangan sekaligus kesempatan dalam mengembangkan bimbingan konseling sebagai ilmu yang membantu individu mengembangkan aspek non kognisi. Pengembangan keilmuan bimbingan konseling tidak hanya diperlukan dalam reformulasi media layanan yang biasanya dikaji sebagai salah satu solusi dalam menghadapi revolusi industri 4.0, tetapi keterampilan konselor perlu diperhatikan dalam mememberikan layanan ditengah benturan berbagai budaya. Kajian literatur ini berupaya untuk menegaskan bahwa konselor perlu memberikan prioritas pada beginning stage dalam konseling kelompok sebagai prevensi problematika multibudaya. Sejarah mencatat bahwa konselor menjadi tulang punggung dalam pelayanan konseling di beginning stage. Berbagai isu dalam kegagalan konseling kelompok diindikasikan oleh faktor gagalnya konselor dalam mengelola dinamika kelompok pada tahap beginning stage. Hasil kajian menunjukkan bahwa pertemuan budaya dalam proses konseling kelompok merupakan ancaman sekaligus peluang. Konselor pada tahapan beginning stage merupakan sosok sentral yang perlu mengelola dinamika pertemuan budaya tersebut, sehingga konselor perlu memiliki kompetensi multibudaya mulai dari kesadaran diri, kesadaran budaya diri, kesadaran perbedaan, kesadaran perbedaan individu, kesadaran budaya lain, kesadaran pada keragaman, hingga mencapai tahapan skill konseling. Saran dari kajian ini adalah konselor harus mampu dan memiliki keterampilan dalam mengelola pertemuan budaya tahapan beginning stage untuk mencapai tujuan dalam konseling
Downloads
References
Brown, D.& Srebalus, D. J. (1986). Introduction tothe Counseling Profession. Boston: Allyn & Bacon.
_____________________. (1996). (Second Edition). Introduction to the Counseling Profession. Boston: Ally and Bacon
Corey & Corey. (2006). Groups Process and Practice 8th. USA: Brooks Cole Cengage Learning.
Glading, T. S., (2012). Konseling : Profesi yang Menyeluruh. Indeks: Jakarta
Hanna, F. J., Bemak, F., & Chung, R. C. Y. (1999). Toward a new paradigma of multicultural counseling. Journal of Counseling and Development, 77 (2), 125-134.
Irani, L. C. 2019. Laporan Studi Kasus Perfomansi Praktikum Konseling Kelompok Mahasiswa BK UNY Rombel B3 2019. Arsip Monev Kurikulum Prodi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. UNY. Yogyakarta.
Lee, K. S. (2009). Effect of Case-Based Learning on Preservice Secondary Teachers’ Multicultural Attitude: A Mixed Methods Study. (Online). Available at: http://www.academicleadership.org/article/effect-of-case-based-learning-on-preservice-secondary-teachers-,multicultural-attitudes-a-mixed-methods-study
Muslihati. (2013). Konseling Multibudaya dan Kompetensi Multibudaya Konselor. Malanng: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Universitas Negeri Malang, Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Bimbingan dan Konseling.
Ohlsen, E. (1977). Group Counseling. New York: Holt, Rinehart, & Winston.
Sue, D. W., Arredondo, P. & McDavis. (1992). Multicultural Counseling. Competencies and Standarts; A Call to the Profession. Journal of Counseling and Development.1992.
Sue D.W & Sue, S. (2003a). Counseling Culturally Diverse: Theory &practice. Thousand Oaks, California: Sage Publications.
Sue, D.W & Sue D. (2003b). Counseling Competencies & Standars: A Call to the Profession. Journal of Counseling and Development. Marc/April 1992. Vol. 70.
Wahyono, S. B. (2019). Pendidikan Bermakna dan Isu Pembelajaran dalam Masyarakat Online. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
Yalom, I.D. (1985). The Theory and Practice of Group Psychotherapy. New York: Basic Books, Inc Publisher