Revitalisasi etnosains untuk mendukung literasi

  • I Wayan Suja Jurusan Kimia, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, 81116, Indonesia
Keywords: inventarisasi, kearifan lokal, rekonstruksi dan redefinisi, reinterpretasi

Abstract

Setiap komunitas yang ada di muka bumi ini, termasuk kelompok budaya yang paling primitif sekalipun, mempunyai pengetahuan empiris yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Walaupun terbukti bersifat fungsional untuk kehidupan masyarakat, pengetahuan tradisional tersebut termarginalisasi oleh sistem pendidikan formal yang mengadopsi kurikulum sains Barat.  Jika tidak segera ditanggulangi, maka suatu saat akan muncul generasi-generasi yang buta akan kearifan lokalnya. Untuk itu, dalam artikel ini dipaparkan upaya untuk mengintegrasikan pengetahuan sains tradisional (indigenous knowledge) dan sains ilmiah dalam konstruk etnosains (ethnoscience) melalui tahap inventarisasi, rekonstruksi dan redefinisi, serta reinterpretasi. Tahap inventarisasi bertujuan untuk mengumpulkan konten-konten sains asli yang layak diintegrasikan dengan sains ilmiah. Pada tahap rekonstruksi diberikan penjelasan ilmiah atas bukti dan klaim pengetahuan sains asli membentuk etnosains sebagai produk sinergitas budaya dan sains. Selanjutnya, pada tahap reinterpretasi dilakukan pemberian makna atas proses dan produk sains yang dipelajari agar memiliki sikap literasi sains dan mampu memecahkan permasalahan dalam kehidupan nyata.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdullah, I., Mujib, I., & Ahnaf, M. I (Eds.). (2008). Agama dan kearifan lokal dalam tantangan global. Pustaka Pelajar.

Adimihardja, K. (2004). Sistem pengetahuan dan teknologi lokal dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Humaniora.

Adnyana, P. B., Suja, I W., Mudana, I W., & Pageh, I M. (2020). Tri hita karana. Rajawali Pers.

Andriani, R. P. & Widodo, W. (2018). Efektivitas lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis etnosains untuk melatih keterampilan proses sains siswa kelas VIII. E-Journal Pensa: Pendidikan Sains, 6(2), 238-242.

Arfianawati, S., Sudarmin, & Sumarni, W. (2016). Model pembelajaran kimia berbasis etnosains untuk meningkatkan kemampuan berpikr kritis siswa. Jurnal Pengajaran MIPA, 21(1), 46-51. https://doi.org/10.18269/jpmipa.v21i1.36256.

Arseculeratne, S.N. (1997). Science and technology education and scientific literacy in Sri Langka: Conceptsand problems. In E.W. Jenkins (Ed.), Innovations in science and technology education. Vol. VI (pp. 251-270). UNESCO.

Asmani, J.M. (2012). Buku panduan internalisasi pendidikan karakter di sekolah. Diva Press.

Asmaningrum, H. P., Koirudin, I., & Kamariah. (2018). Pengembangan panduan praktikum kimia dasar terintegrasi etnokimia untuk mahasiswa. Jurnal Tadris Kimiya, 3(2), 125-134. https://doi.org/10.15575/jtk.v3i2.3205.

Atmadja, N. B. (2008). Local genius dan kearifan lokal (perspektif sosiobudaya). Makalah disampaikan pada Seminar FMIPA Undiksha, 6 Desember 2008.

Atmadja, N. B. (2020). Wacana ostgenerik terhadap tri hita karana pada masyaralat Bali. Rajawali Pers.

Biantoro, S. (2011). Kearifan lokal dan politik identitas: Menjawab tantangan global? Strategi masyarakat adat dalam kasus pembalakan hutan di Kalimantan Barat. Dalam Makmur, A., Kearifan lokal di tengah modernisasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia. http://repositori.kemdikbud.go.id/13000/

Cobern, W.W. & Aikenhead, G.S. (1998). Cultural aspects of learning science. In K. Tobin & B. Fraser (Eds.). International handbook of science education (pp. 39-52). Kluwer Academic Publishers.

Fasasi, R. A. (2017). Effects of ethnoscience instruction, school location, and parental educational status on learners’ attitude towards science. International Journal of Science Education. 39(5), 548-564. https://doi.org/10.1080/09500693.2017.1296599.

George, J. & Glasgow, J. (1988). Street science and conventional science in the West Indies. Studies in Science Education, 15, 109-118.

Giddens, A. (2003). The constitution of society (Terjemahan Adi Loka Sujono). Teori strukturasi untuk analisis sosial. Pedati.

Hadi, W. P. & Ahied, M. (2017). Kajian etnosains madura dalam proses produksi garam sebagai media pembelajaran IPA terpadu. Jurnal Rekayasa, 10(2), 79-86. https://doi.org/10.21107/rys.v10i2.3608.

Handayani, G., Adisyahputra & Indrayanti, R. (2018). Hubungan keterampilan proses sains terintegrasi dan kemampuan membaca pemahaman terhadap literasi sains pada mahasiswa calon guru biologi. Biosfer: Jurnal Pendidikan Biologi, 11(1), 21-31. https://doi.org/10.21009/biosferjpb.11-13.

Hayat, B. & Yusuf, S. (2011). Benchmark internasional mutu pendidikan. PT Bumi Aksara.

Intika, T. & Jumiati. (2020). Pengembangan bahan ajar etnospem (etnosains pempek) terhadap keterampilan proses sains siswa sekolah dasar. Jurnal Resit Pendidikan Dasar, 3(2): 134-142. https://doi.org/10.26618/jrpd.v3i2.4188.

Jegede, O. J. & Aikenhead, G. S. (2002). Trancending cultural borders: Implications for science teaching. (Online). (http://www.ouhk.edu.hk/cridal/misc/ jegede.htm. Diakses 23 Mei 2002).

Keraf, A.S., 2002. Etika lingkungan. Kompas.

Koentjaraningrat. (1994). Kebudayaan, mentalitas dan pembangunan. Gramedia Pustaka Utama.

Maharani, S. D. (2020). Pitutur jembar segarane sebagai kearifan lokal masyarakat Jawa. Dalam Hidayatullah, S. Filsafat dan kearifan dalam agama dan budaya lokal. Gadjah Mada University Press.

Nelson-Barber, S. & Estrin, E.T. (1995). Culturally responsive mathematics and science education for native students. San Francisco: Far West Laboratory for Education Research and Development.

Nofiana, M., & Julianto, T. (2017). Profil kemampuan literasi sains siswa SMP di kota Purwokerto ditinjau dari aspek konten, proses, dan konteks sains. JSSH (Jurnal Sains Sosial dan Humaniora), 1(2), 77-84. https://doi.org/10.30595/jssh.v1i2.1682.

Nursaadah, E., Wijayanti, I. E., Zidny, R., Solfarina, & Aisyah, R. S. (2017). Inventarisasi pengetahuan etnokimia masyarakat Baduy untuk pembelajaran kimia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNTIRTA, 25-32. https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/psnp/article/view/25-32.

Ogawa, M. (1995). Science education in a multiscience perspective. Science Education, 79, 583-593. https://doi.org/10.1002/sce.3730790507

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). (2019). PISA 2018 Result in Focus. https://www.oecd.org/pisa/PISA2015-Indonesia.pdf.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). (2001). PISA 2000 Result in Focus. https://www.oecd.org/pisa/PISA2015-Indonesia.pdf.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). (2004). PISA 2003 Result in Focus. https://www.oecd.org/pisa/PISA2015-Indonesia.pdf

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). (2007). PISA 2006 Result in Focus. https://www.oecd.org/pisa/PISA2015-Indonesia.pdf.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). (2010). PISA 2009 Result in Focus. https://www.oecd.org/pisa/PISA2015-Indonesia.pdf.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). (2013). PISA 2012 Result in Focus. https://www.oecd.org/pisa/PISA2015-Indonesia.pdf.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). (2016). PISA 2015 Result in Focus. https://www.oecd.org/pisa/PISA2015-Indonesia.pdf.

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). 2019. PISA 2018 Result in Focus”. https://www.oecd.org/pisa/PISA2015-Indonesia.pdf.

Pomeroy, D. (1992). Science across cultures: Buildingbridges between traditional Western and Alaskan Native sciences. In G.L.C. Hills (Ed.), History and philosophy of science in science education. Vol. II (pp. 257-268). Faculty of Education, Queen’s University.

Rahayu, W. E., & Sudarmin. (2015). Pengembangan modul IPA terpadu berbasis etnosains tema energi dalam kehidupan untuk menanamkan jiwa konservasi siswa. Unnes Science Education Journal, 4(2), 920-926. https://doi.org/10.15294/USEJ.V4I2.7943.

Rahmawati, Y., Ridwan, A., Fustine, S., & Mawarni, P. C. (2020). Pengembangan soft skills siswa melalui penerapan culturally responsive transformative teaching (CRTT) dalam pembelajaran kimia. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA, 6(1), 86-96. https://doi.org/10.29303/jppipa.v6i1.317.

Robi, Y., Kartikawati, S.M., & Muflihati. (2019). Etnobotani rempah tradisional di desa Empoto kabupaten Sangau Kalimantan Barat. Jurnal Hutan Lestari, 7(1), 130-142. http://dx.doi.org/10.26418/jhl.v7i1.31179.

Rosa, M. & Orey, D. C. (2011). Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2), 32 – 54.

Rosyidah, A.N., Sudarmin, & Siadi, K. (2013), Pengembangan Modul IPA Berbasis Etnosains Zat Aditif dalam Bahan Makanan untuk Kelas VIII SMP Negeri 1 Pegandon Kendal. Jurnal Pendidikan IPA, 2(1): 133-139.

Said-Ador, N.K. (2017). Ethnochemistry of maguindanaons’ on the usage of household chemicals: Implications to chemistry education. Journal of Social Sciences (COES&RJ-JSS), 6(2), 8-26. https://doi.org/10.25255/jss.2017.6.2S.8.26.

Snively, G. & Corsiglia, J. (2001). Discoverring indigenous science: Implications for science education. Science Education, 85(1), 7-34. https://doi.org/10.1002/1098-237X(200101)85:1<6::AID-SCE3>3.0.CO;2-R.

Stanley, W. B. & Brickhouse, N.W. (2001). The multicultural question revisited. Science Education. 85(1), 35-49. https://doi.org/10.1002/1098-237X(200101)85:1<35::AID-SCE4>3.0.CO;2-6.

Suastra, I W. (2005). Merekontruksi sains asli (indigenous science) dalam rangka mengembangkan pendidikan sains berbasis budaya lokal di sekolah: Studi etnosains pada masyarakat Penglipuran Bali. [Unpublished Doctoral’s Disertation]. Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Suciyati, A., Suryadarma, I. G. P., Paidi, & Abrori, F. M. (2021). Ethnobotanical study based on the five dimensions of basic life needs in Tidung tribe of North Kalimantan, Indonesia. Biodiversitas, 22(6), 3199-3208. https://doi.org/10.13057/biodiv/d220623.

Sudarmin. (2014). Pendidikan karakter etnosains dan kearifan lokal. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Sudiana, I. M., & Surata, I. K. (2010). IPA biologi terintegrasi etnosains subak untuk siswa SMP: Analisis tentang pengetahuan tradisional subak yang dapat diintegrasikan dengan materi biologi SMP. Suluh Pendidikan, 8(2), 43-51.

Suja, I. W. & Sudiana, I. K. (2021). Etnokimia bumbu masakan tradisional Bali: Inventarisasi bahan dan eksplorasi kandungan kimianya (Laporan Penelitian Tidak Dipublikasikan). Universitas Pendidikan Ganesha.

Suja, I. W. & Wirta, I. M. (2012). Implementasi buku ajar bermuatan konten sains asli dan konteks pedagogi catur pramana. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, 45(2), 179-189. http://dx.doi.org/10.23887/jppundiksha.v45i2.1831.

Suja, I. W. (2007). Pendidikan sains berbasis content dan context budaya Bali. Jurnal IKA, 5(1), 80 – 93.

Suja, I. W. (2010). Kearifan lokal sains asli Bali. Paramita.

Suja, I. W., Sudria, I B. N., & Anggreni, N. K. (2009). Eksplorasi dan integrasi konsep-konsep sains kimia asli (indigenous chemistry) ke dalam pembelajaran sains SMP. Jurnal IKA, 7(1), 45-56.

Toharudin, U., Hendrawati, S., & Rustaman, A. (2011). Membangun literasi sains peserta didik. Buku Pendidikan.

Ugwu, A. N. & Diovu, Ch. I. (2016). Integration of indigenous knowledge and practices into chemistry teaching and students’ academic achievement. International Journal of Academic Research and Reflection, 4(4), 22-30. http://www.idpublications. org/wp-content/uploads/2016/04/Full-Paper-INTEGRATION-OF-INDIGENOUS-KNOWLEDGE-AND-PRACTICES-INTO-CHEMISTRY-TEACHING.pdf

Wibowo, T. & Ariyatun (2020). Kemampuan literasi sains pada siswa SMA menggunakan pembelajaran kimia berbasis etnosains. Edusains, 12(2), 214-222. https://doi.org/10.15408/es.v12i2.16382.

Published
2022-05-31
How to Cite
Suja, I. W. (2022). Revitalisasi etnosains untuk mendukung literasi. Bivalen: Chemical Studies Journal, 5(1), 01-10. https://doi.org/10.30872/bcsj.v5i1.1106
Section
Articles